Rabu, 16 Juli 2025

Superman Disensor di India, Bagaimana Sikap LSF Indonesia?

 

dcuindo.16072025- Film Superman (2025) garapan James Gunn menjadi pusat perhatian bukan hanya karena ceritanya yang menjadi fondasi baru DC Universe, tetapi juga karena kontroversi yang terjadi di India. Central Board of Film Certification (CBFC) memotong beberapa adegan penting—termasuk ciuman antara Superman dan Lois Lane serta gestur jari tengah dari Guy Gardner. Hal ini menimbulkan pertanyaan: bagaimana jika film ini tayang di Indonesia? Apakah LSF akan melakukan sensor serupa?

✂️ Apa yang Terjadi di India?

CBFC India menyensor:

  • Adegan ciuman 33 detik di udara antara Superman dan Lois, karena dianggap "terlalu sensual"

  • Ciuman di dapur apartemen yang juga dianggap tidak pantas untuk rating UA (13+)

  • Gestur jari tengah (middle finger) dari karakter Guy Gardner (diperankan Nathan Fillion)

CBFC menilai adegan tersebut tidak cocok untuk ditonton penonton muda dan memaksa Warner Bros. memangkasnya demi mendapatkan sertifikat UA. Hal ini memicu reaksi publik yang mengecam standar ganda: kekerasan diperbolehkan, tetapi ekspresi cinta dicekal.

🇮🇩 Bagaimana dengan LSF Indonesia?

LSF (Lembaga Sensor Film) Indonesia belum mengeluarkan pernyataan resmi soal kasus ini. Namun, dari sejumlah kebijakan dan pernyataan yang pernah dirilis, kita dapat memperkirakan pendekatan yang akan diambil.

1. Fokus pada adegan sensual dan seksual

LSF sejak lama menegaskan bahwa adegan yang "merangsang" secara seksual harus disensor. Dalam praktiknya, ini sering mencakup:

  • Adegan ciuman yang dianggap eksplisit atau terlalu panjang

  • Gerakan tubuh yang erotis

  • Konten seksual meski bersifat implisit

LSF pernah menyatakan bahwa ciuman “informatif” (misalnya sebagai bagian dari drama tanpa unsur erotisme) masih diperbolehkan, tapi ciuman “eksploitatif” (menampilkan gairah atau mengajak fantasi) akan disensor atau diklasifikasikan untuk penonton dewasa.

2. Klasifikasi berdasarkan usia

Jika adegan ciuman di film Superman dinilai terlalu sensual, LSF kemungkinan besar akan menaikkan klasifikasinya ke 17+ atau 21+, atau memotong adegan tersebut jika distributor ingin meraih klasifikasi 13+.

Begitu juga dengan gestur jari tengah, yang dalam kebijakan LSF dapat dianggap sebagai “bahasa kasar atau tak senonoh.” Potensi sensor tetap terbuka, terutama jika ditujukan untuk rating usia lebih muda.

🆚 LSF vs CBFC: Persamaan dan Perbedaan

AspekIndia (CBFC)Indonesia (LSF)
Ciuman sensualDisensor bahkan untuk rating 13+Bisa disensor jika dianggap “eksploitatif”
KekerasanUmumnya lebih longgarMasih dipertimbangkan, tapi tidak sefokus pada adegan sensual
Rating usiaUA, A, SSU, 13+, 17+, 21+
KontrolSangat konservatifModerat, tapi tetap berbasis norma budaya dan agama lokal

🗣️ Kesimpulan

Walau belum ada pernyataan resmi, besar kemungkinan LSF akan menerapkan pendekatan yang mirip dengan CBFC India jika menemui adegan serupa di film Superman. Sensor bisa dilakukan atas:

  • Ciuman yang dianggap terlalu sensual

  • Ekspresi gestur kasar seperti jari tengah

Namun, tidak seperti India yang sangat konservatif, LSF cenderung memberikan pilihan kepada distributor: potong adegan atau naikkan klasifikasi usia. Dengan demikian, penonton dewasa di Indonesia mungkin tetap bisa menikmati film secara utuh, selama tidak ditujukan untuk usia 13 ke bawah.

🧠 Catatan Akhir

Sensor film selalu menjadi wilayah sensitif antara kebebasan berekspresi dan perlindungan nilai budaya lokal. Di era globalisasi dan akses streaming yang luas, tantangan bagi lembaga sensor adalah bagaimana menjaga keseimbangan antara keterbukaan informasi dan perlindungan etika publik. Film Superman hanya salah satu contoh yang memperlihatkan perbedaan standar budaya di tiap negara—termasuk Indonesia.

Ditulis oleh: @dcuindo
#Superman2025 #LSFIndonesia #SensorFilm #DCU #LoisLane #GuyGardner #BeritaFilm #DCIndonesia #CBFCIndia #CiumanSuperman #SensorVsKebebasan 

 

 

 

 

 

0 comments:

Posting Komentar